Senin, 19 September 2016

Dampak Pembiayaan Bank Syariah vs Kredit Bank Konvensional terhadap Inflasi


Bagaimanakah dampak kredit perbankan terhadap kondisi inflasi IHK di Indonesia secara umum? Apakah pembiayaan (financing) bank syariah maupun kredit bank konvensional ikut menyumbang terhadap angka inflasi? Melalui pendekatan Vector Autoregression (VAR), SMART melakukan studi terkait hal ini.
Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder berupa time series bulanan yang didapat dari Statistika Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI), Statistika Perbankan Syariah (SPS) dan Statistika Perbankan Indonesia (SPI). Seluruh data dimulai dari periode Bulan Januari 2010 hingga Desember 2015.
Sebagai variabel dependen adalah tingkat inflasi diproksi menggunakan indeks harga konsumen di Indonesia. Total pinjaman bank syariah (LNFIN) adalah jumlah pinjaman yang dikeluarkan oleh perbankan syariah minus BPRS, sementara total kredit perbankan konvensional (LNLOAN) diproksi dengan total kredit yang dikeluarkan oleh perbankan konvensional dalam rupiah. Tingkat bunga menggunakan Sertifikat Bank Indonesia. Sedangkan tingkat bagi hasil pinjaman secara agregat menggunakan proksi tingkat bagi hasil SBI Syariah.
Hasil di atas menunjukkan bahwa respon indeks harga konsumen (LNIHK) terhadap guncangan variabel lainnya berfluktuasi. Kita dapat mencermati bahwa LNIHK merespon negatif guncangan variabel pembiayaan perbankan syariah (LNFIN). Artinya, semakin tinggi jumlah pembiayaan perbankan syariah Indonesia akan berpengaruh dan berkontribusi positif pada penurunan tingkat inflasi Indonesia.
Alasan bahwa pembiayaan syariah akan menurunkan tingkat inflasi adalah karena pembiayaan perbankan syariah khususnya pembiayaan produktif berprinsip bagi hasil akan memungkinkan terjadinya pertumbuhan yang seimbang antara sektor moneter dan sektor riil. Keseimbangan tersebut disebabkan oleh prinsip ‘profit lost sharing’ yang membagi pendapatan (revenue) peminjam.
Sementara itu, pola hubungan antara LNIHK dengan LNLOAN adalah positif. Sehingga dapat kita katakan bahwa semakin besar dana kredit yang digelontorkan oleh entitas perbankan konvensional, ternyata berdampak pada meningkatnya inflasi. Begitu pula halnya dengan instrumen moneter seperti SBI.
Kesimpulan ini bersesuaian dengan hasil penelitian yang dilakukan Ascarya (2009) dan Rusydiana (2010). Menurutnya, instrumen suku bunga yang direpresentasikan dengan SBI, adalah determinan inflasi utama di Indonesia. Suku bunga adalah penyebab inflasi yang paling besar dibandingkan dengan variabel lain di dalam model.